Sebagai salah satu perusahaan karoseri terbesar di Indonesia, nama “Karoseri Laksana” ini tentulah sudah tidak asing di telinga pembaca skita, apalagi produk-produknya juga sudah banyak tersebar di saentero Indonesia, namun siapa sangka karoseri sebesar ini dulunya hanya bermula dari sebuah toko otomotif.
Jauh sebelum berdiri sebagai sebuah karoseri, Laksana awalnya dimulai dari usaha toko otomotif milik Pak Yusuf Arman yang dibuka pada tahun 1967 di Kota semarang, Hingga pada tahun 1970 toko ini kemudian berkembang pesat sehingga mengaharuskan pindah ke lokasi baru yang lebih luas .
Beberapa divisi yang berhubungan dengan otomotif pun didirikan hingga pada 1977 Laksana melebarkan sayap dengan mendirikan divisi auto manufacturing (carroserie), produk pertamanya adalah Colt T120 minibus, yang memang pada saat itu permintaannya sangat tinggi, setelah satu tahun usaha perakitan body ini akhirnya pindah Ke Ungaran, dengan menempati lahan yang jauh lebih luas seluas 5000 m2, seiring dengan meningkatnya permintaan perluasan pabrik juga dilakukan pada 1982 dari 5.000 meter persegi menjadi 15.000 meter persegi, dan pada 1988 perluasan pabrik itu mencapai 40.000 meter persegi.
Produk awal Karoseri Laksana masih terfikus pada minibus kecil yang berbasis pick up, seperti Colt T120, Suzuki Carry, Daihatsu Hijet, Daihatsu Zebra dan Toyota Kijang, beberapa ciri khas minibus Karoseri Laksana adalah lampu belakng yang memanjang ke samping dan bagasinya yang hanya bisa dibuka setengah ke atas
Seiring berjalannya waktu Karoseri Laksana pun semakin berkembang dan mulai membuat body untuk big bus pada dekade 80an, sayang sekali sebelum tahun 90an banyak model bus yang diberi nama sehingga tidak terlacak tipenya, namun awansan ingat pada saat itu Sinar Jaya sudah menggunakan body kapsul buatan Laksana
Memasuki dekade 90an Karoseri Laksana pun semakin moncer di pasar body big bus, Produk pertama yang booming dari karoseri ini adalah model “Panorama” , model panorama ini terdiri dari banyak varian mulai dari Panorama 1, Panorama II, Panorama III dan Panorama DX .
Pelanggan Karoseri ini pun kemudian mulai berdatangan dari seluruh penjuru Indonesia, meskipun pasar terbesarnya tetap ada di sekitaran Jawa Tengah dan DIY, bahkan ada beberapa Po yang kemudian menjadi pelanggan setia Karoseri ini seperti Po Raya, dan Po Sinar Jaya.
Saat krisis global melanda tahun 1998 Karoseri Laksana tidak luput dari dampak jatuhnya kondisi perekonomian saat itu, sehingga terpaksa ‘merumahkan’ hampir sebagian besar pegawai, namun untungnya ini tidak lama, karena dua tahun pasca krisis, tahun 2000 saat permintaan akan kebutuhan armada bus dalam negeri kembali meningkat.
Laksana sprinter
Pada era 2000an ini jugalah body model “Panorama” sudah mulai dihentikan produksinya dan digantikan dengan model “Sprinter” yang elegan, mengikuti tren era 2000an yang memang sedang ngehits model lampu sipit daun dan selendang setra.
Model Sprinter diproduksi tidak terlalu lama , kemudian digantikan model Proteus dan Nucleus Series, hingga akhirnya pada tahun 2008 meluncur Legacy Series dan Discovery yang membetot perhatian publik, Ketiga model itu masih diproduksi hingga sekarang. Bahkan untuk model Legacy series sudah ada versi double deckernya .
Selain dari pesanan perusahaan otobus, Karoseri laksana juga banya menerima order dari instansi pemerintah, seperti ratusan unit bus berodel “Discovery” untuk pengadaan dari Kementrian Perhubungan, dan juga ribuan unit Bus Transjakarta bermodel “Cityliner.
Untuk mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas produksi, Karoseri Laksana tidak segan untuk berinvestasi pada perluasan area produksi dan penambahan mesin/alat produksi modern, tercatat hingga lepas 2010 tidak terasa luas plant dari Karoseri ini sudah mencapai kurang lebih 70.000 m2 . Sedangkan untuk tool, Karoseri Laksana kini dilengkapi dengan berbagai puluhan mesin CNC untuk keperluan bending plat/pipa , bahkan ada juga mesin laser cut untuk memotong plat baja sehingga hasilnya lebih presisi.
Sebagai jaminan kualitas konstruksi bus , Laksana juga sudah melakukan uji guling (rollover test) pada produknya sesuai standar regulasi internasional ECE-R66, hal itu menjadikannya sebagai karoseri bus pertama yang melakukan rollover test di Indonesia. ECE–R66 adalah standar pengujian kendaraan yang berlaku di negara–negara yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Standar ini mengatur tentang kekuatan superstruktur kendaraan ketika dilakukan uji guling (rollover test).
Tidak hanya memenuhi pasar bus dalam negeri saja , namun Sejak 2009 Laksana juga telah menerima pesanan bus dari luar negeri. Pesanan pertama datang dari Rep. Kepulauan Fiji. Awalnya, awalnya bus produk Laksana dipesan sebuah hotel namun kini beberapa perusahaan jasa angkutan bus di sana ikut memesan. Produk pertama mereka yang diekspor adalah model Nucleus III
Lama Kelamaan pasar ekspor pun makin terbuka, dengan Pesanan tidak cuma bus besar saja tapi juga bus-bus sedang. Semua model bus Laksana yang beredar di Indonesia juga bisa ditemukan di Fiji, mulai dari Legacy Sky SR-1, Tourista, Nucleus, New Proteus, Discovery, All New Legacy SR-1, All New Legacy Sky SR-2 dan model custom lainnya.
Model-model tersebut dibangun di atas chassis Scania K360IB, Hino R260, A235 maupun Hino RM yang didatangkan dari Thailand. Hampir satu dekade Laksana merambah pasar ekspor, selain ke Fiji, Laksana juga sudah mengekspor ke Timor Leste dan sedang memperluas pasar ke Asia Selatan, tepatnya Bangladesh.
source : haltebus,kompasiana, karoseri laksana, laksanabus, detik.com
Tidak ada komentar:
Write komentar